Denpasar, 30 Mei 2025 – Swasti Salim, merupakan karya yang memiliki perpaduan unik antara Budaya Bugis, Melayu dan Bali, yang menggambarkan keharmonisan serta keselamatan antara komunitas Hindu dan Muslim di Bali, khususnya di Desa Loloan, Jembrana. Karya ini terinspirasi dari Tradisi Ambur Salim Desa Loloan, Jembrana, Bali. Yang merupakan Sebuah ritual dengan menghamburkan beras kuning dan koin logam ke arah kerumunan, sebagai simbol harapan akan keselamatan dan syukur. “Swasti” dalam bahasa Sansekerta berarti kebaikan, Kebahagiaan dan Kemuliaan. Sedangkan “salim” atau “salam” dalam bahasa Arab berarti Keselamatan dan juga menyapa dengan ramah dalam bahasa Indonesia.
Melalui fasilitasi Dana Indonesia, LPDP dari Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia dan inisiatif dari Yayasan Pancer Langit (Badung, Bali) serta Loka Art Studio (Gungung Kidul, Yogyakarta) akhirnnya Karya “Swasti Salim” dipentaskan secara publik pada tanggal 26 Mei 2025 di Kantor Bupati Lantai 3, Ruang Kerta Gosana.
Dr. Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, seorang koreografer asal Badung, Bali, yang kerap disapa Gung De Rama, menciptakan karya tari “Swasti Salim” dengan mengangkat nilai-nilai kebaikan dan keselamatan yang terkandung dalam tradisi ini, serta merealisasikannya dalam bentuk pertunjukan seni. Dengan menggabungkan unsur-unsur budaya seperti bahasa Melayu dan Bali dalam mantra, syair, atau tembang, musikalitas musik gambus, kendang Bugis/Melayu, dan gamelan Bali, serta ragam gerak seperti silat, tari Melayu, dan ragam gerak khas Bali, karya ini menjadi sebuah pertunjukan yang sangat kaya dan beragam.
Bagi Gung De Rama, “karya ini bukan sekedar kereografi, namun juga relasi panjang antara dirinya dengan masyarakat Desa Loloan. Melalui gerakan tari yang indah dan musik yang merdu, karya ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk merawat keharmonisan dan keselamatan di lingkungan sekitar mereka.” Sebagai sebuah proses kesenian, interaksi dan akulturasi budaya antar komunitas semacam ini adalah modal utama dalam proses pemajuan kebudayaan, yang bermuara pada cita-cita Indonesia dalam lagu kebangsaan kita yang berbunyi : “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk indonesia Raya.”
Selamat atas Mahakaryanya yang luarbiasa semoga bisa menjadi inspirasi bagi setiap kalangan dimasyarakat dalam menjaga keharmonisan dan keselamatan dilingkungan sekitar bahkan dari lingkungan terkecil seperti keluarga.
🖊️ Editor:
Luh Made Senja Dwicahyani